Kisah
Si Tamak dan Tuan Tanah
Dahulu kala tinggallah seorang tuan tanah yang kaya raya. Ia mempunyai
ratusan hektare tanah. Suatu hari ia mengumumkan kepada semua orang miskin yang
tinggal di sekitarnya, bahwa ia akan membagi tanahnya kepada siapa pun yang
menginginkannya, seberapa pun ia meminta dengan satu syarat yaitu dengan
berjalan saat matahari mulai terbit, dari timur kebarat sampai kembali lagi
pada tempat semula ia memulai berjalan, sebelum terbenamnya matahari.
Maka datanglah si tamak dengan
congkaknya. Ia ingin mengikuti perlombaan tersebut. Kemudian sang tuan tanah
pun berkata, “bawalah bekal dalam perjalananmu hingga saat kau istirahat dapat
kau makan sebagai penambah energi untuk terus berjalan kembali kemari “. Ia pun
menurut dan mngambil bekal yang telah dipersiapkan oleh pemilik tanah tersebut.
Kemudian dimulailah perjalanan panjang itu.
Sepanjang perjalanan, ia terus
memikirkan berapa tanah yang akan ia pinta setelah ia lolos dari persyaratan
ini. Dalam fikirannya hanya ingin mendapatkan tanah seluas-luasnya. Dengan
semangat ketamakannya, ia berjalan tanpa berhenti untuk sekedar beristirahat.
Ia terus berjalan dan berfikir bahwa jika dirinya beristirahat maka akan ada
berapa meter tanah yang hilang darinya. Maka ia terus berjalan tanpa
beristirahat. Ia membawa bekal tapi enggan untuk berhenti. Ia terus dan terus
berjalan.
Di bawah teriknya matahari ia mulai
merasa letih, namun tetap juga terus berjalan tanpa henti. Ini baru setengah
perjalanan dan masih panjang jalan yang harus ia tempuh. Sampai pada akhirnya
ia benar-benar merasa letih, kakinya mulai tak kuat menopang badan dan dengan
terpaksa ia berhenti dan bersandar di bawah pohon. Ia mencoba mumbuka bekal
yang semula ia bawa dan memakannya, berharap tenaganya akan kembali pulih
setelah itu. Namun rupa-rupanya ia tak lagi berselera makan, selain dari
kepayahan yang amat sangat ia pun terus memikirkan seberapa luas tanah yang
akan berkurang untuknya hanya karena ia beristirahat.
Maka ia mulai kembali perjalanannya
menuju tempat pertama ia bermula. Belumlah sempat setengah meter ia
melangkahkan kaki, ia tersungkur jatuh karena kepayahannya itu. Ia menyesal,
bilamana ia sempatkan beristirahat dan memakan bekal dari semenjak matahari di
atas kepalanya, mungkin ia tak akan sepenat ini, mungkin makanan yang ia makan
akan sudah menjadi energi untuknya melanjutkan perjalanan hingga sampai pada
tempat semula. Ia pun menyesal karena semenjak tadi ia tak memikirkan bahwa
kekuatan awal berjalan dengan kekuatan untuk kembali harus seimbang sehingga ia
akan sampai pada tujuan sebelum matahari terbenam.
Kini langit menunjukan layungnya,
awan mulai memerah dan matahari telah siap kembali keperaduannya, namun si
tamak ini terlalu payah untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat semula.
Meski ia coba merangkak tetap mustahil baginya untuk sampai ke tujuannya
sebelum matahari terbenam. Hingga akhirnya ia kembali jatuh tersungkur ke tanah
dan tak sanggup untuk kembali berdiri apalagi untuk melanjutkan perjalanan. Ia
pun mati dalam kepayahan yang amat sangat. Lalu seberapa luas tanah yang ia
dapatkan ? Hanya sepanjang badan untuk mengubur mayatnya yang ia peroleh kala
itu.
Itulah gambaran manusia dengan nafsu
yang tidak akan pernah terpuaskan. Bilamana ia mendapat suatu lembah yang
berisikan emas maka ia akan meminta satu lembah lagi, bila ia dapatkan dua
lembah yang penuh emas maka ia akan meminta tiga lembah, begitu seterusnya.
Maka jadikanlah Allah sebagai
tujuanmu hidupmu, tundukkanlah hatimu dengan kuasa-Nya. Dengan begitu dunia
tidak akan pernah memperbudakmu namun sebaliknya dunia akan tertunduk
mengikutimu.
_END_
نأمل جميعا يمكن أن نرى درسا التعليمي جدا في هذه القصة، آمين.
BalasHapusCerita yang sangat mendidik, GOOD JOB..👍
Terbaik
BalasHapus;-)
makasih :) ini retell ...
BalasHapus