KUMPULAN KARYA SASTRAKU -->

Senin, 16 Maret 2015

kisah si tamak dan tuan tanah

Kisah Si Tamak dan Tuan Tanah



            Dahulu kala tinggallah seorang  tuan tanah yang kaya raya. Ia mempunyai ratusan hektare tanah. Suatu hari ia mengumumkan kepada semua orang miskin yang tinggal di sekitarnya, bahwa ia akan membagi tanahnya kepada siapa pun yang menginginkannya, seberapa pun ia meminta dengan satu syarat yaitu dengan berjalan saat matahari mulai terbit, dari timur kebarat sampai kembali lagi pada tempat semula ia memulai berjalan, sebelum terbenamnya matahari.
            Maka datanglah si tamak dengan congkaknya. Ia ingin mengikuti perlombaan tersebut. Kemudian sang tuan tanah pun berkata, “bawalah bekal dalam perjalananmu hingga saat kau istirahat dapat kau makan sebagai penambah energi untuk terus berjalan kembali kemari “. Ia pun menurut dan mngambil bekal yang telah dipersiapkan oleh pemilik tanah tersebut. Kemudian dimulailah perjalanan panjang itu.
            Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan berapa tanah yang akan ia pinta setelah ia lolos dari persyaratan ini. Dalam fikirannya hanya ingin mendapatkan tanah seluas-luasnya. Dengan semangat ketamakannya, ia berjalan tanpa berhenti untuk sekedar beristirahat. Ia terus berjalan dan berfikir bahwa jika dirinya beristirahat maka akan ada berapa meter tanah yang hilang darinya. Maka ia terus berjalan tanpa beristirahat. Ia membawa bekal tapi enggan untuk berhenti. Ia terus dan terus berjalan.
            Di bawah teriknya matahari ia mulai merasa letih, namun tetap juga terus berjalan tanpa henti. Ini baru setengah perjalanan dan masih panjang jalan yang harus ia tempuh. Sampai pada akhirnya ia benar-benar merasa letih, kakinya mulai tak kuat menopang badan dan dengan terpaksa ia berhenti dan bersandar di bawah pohon. Ia mencoba mumbuka bekal yang semula ia bawa dan memakannya, berharap tenaganya akan kembali pulih setelah itu. Namun rupa-rupanya ia tak lagi berselera makan, selain dari kepayahan yang amat sangat ia pun terus memikirkan seberapa luas tanah yang akan berkurang untuknya hanya karena ia beristirahat.
            Maka ia mulai kembali perjalanannya menuju tempat pertama ia bermula. Belumlah sempat setengah meter ia melangkahkan kaki, ia tersungkur jatuh karena kepayahannya itu. Ia menyesal, bilamana ia sempatkan beristirahat dan memakan bekal dari semenjak matahari di atas kepalanya, mungkin ia tak akan sepenat ini, mungkin makanan yang ia makan akan sudah menjadi energi untuknya melanjutkan perjalanan hingga sampai pada tempat semula. Ia pun menyesal karena semenjak tadi ia tak memikirkan bahwa kekuatan awal berjalan dengan kekuatan untuk kembali harus seimbang sehingga ia akan sampai pada tujuan sebelum matahari terbenam.
            Kini langit menunjukan layungnya, awan mulai memerah dan matahari telah siap kembali keperaduannya, namun si tamak ini terlalu payah untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat semula. Meski ia coba merangkak tetap mustahil baginya untuk sampai ke tujuannya sebelum matahari terbenam. Hingga akhirnya ia kembali jatuh tersungkur ke tanah dan tak sanggup untuk kembali berdiri apalagi untuk melanjutkan perjalanan. Ia pun mati dalam kepayahan yang amat sangat. Lalu seberapa luas tanah yang ia dapatkan ? Hanya sepanjang badan untuk mengubur mayatnya yang ia peroleh kala itu.
            Itulah gambaran manusia dengan nafsu yang tidak akan pernah terpuaskan. Bilamana ia mendapat suatu lembah yang berisikan emas maka ia akan meminta satu lembah lagi, bila ia dapatkan dua lembah yang penuh emas maka ia akan meminta tiga lembah, begitu seterusnya.
            Maka jadikanlah Allah sebagai tujuanmu hidupmu, tundukkanlah hatimu dengan kuasa-Nya. Dengan begitu dunia tidak akan pernah memperbudakmu namun sebaliknya dunia akan tertunduk mengikutimu. 







_END_











           

3 komentar:

  1. نأمل جميعا يمكن أن نرى درسا التعليمي جدا في هذه القصة، آمين.
    Cerita yang sangat mendidik, GOOD JOB..👍

    BalasHapus